Kamis, Januari 27, 2011

Prestasi dan Prestise






Allah Tujuanku

Saya akan memulai tulisan ini dengan beberapa firman dari Allah dan petuah kekasihNya, Rasulullah SAW

                                                                                                                                     

“…maka berlomba-lombalah kamu dalam hal kebaikan…” (QS Al-Baqarah 148)                     

                                                                                                                                     

“…sungguh yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya…” (QS Al-Hujurat 13)                                                                               

                                                                                                                                     

“…sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain.” (HR Bukhari)                                                                                                                                                                                                                                              

                                                                                              
Kawan, tiga buah hujjah di atas sedang berbicara pada kita tentang satu hal, prestasi. Prestasi adalah suatu hal yang sangat penting, sehingga dia menjadi pantas diserukan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasul. Berprestasi sebenarnya menjadi tuntutan bagi setiap muslim, karena harga seorang muslim di hadapan Allah nantinya ditentukan oleh prestasi taqwa yang dia ukir selama hidup di dunia. Allah dan Rasul memberikan sebuah pattern bahwa yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi prestasi taqwa-nya.

Tapi sadar kita atau tidak, ada saudara kembar yang selalu hadir bersama prestasi, yaitu prestise, kebanggaan. Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin akan selalu hadir bersama. Ketidakbijakan kita untuk menempatkan mereka dengan baik bisa berujung petaka bagi kita, kalau tidak akan di dunia, mungkin petaka di akhirat. Yang harus kita sadari adalah bahwa prestise hanyalah merupakan konsekuensi logis ketika prestasi luar biasa telah terukir. Prestise seharusnya bukanlah sesuatu yang menjadi alasan dan membuat kita mau bergerak. Lihatlah apa yang didapatkan oleh manusia-manusia sekelas Abu Bakar Siddiq, Khalid bin Walid, Muhammad Al-Fatih, Thariq bin Ziyad, sampai Hasan Al Banna. Mereka adalah manusia-manusia yang bergerak karena dorongan nuraninya, karena kecintaan dan kepatuhan pada Tuhannya, mengukir prestasi-prestasi yang sangat agung, sehingga prestise adalah suatu hal yang hadir dengan sendirinya, bukanlah hal yang mereka kejar.

Namun sebaliknya, mungkin banyak di antara yang sering terjebak pada kondisi dimana kita sering berpikir prestise terlebih dahulu, sering berpikir ketenaran atau keterkenalan di awal. Sehingga tak jarang fokus pada prestise itulah yang membuat kita tak pernah mengukir prestasi, ataupun kalau prestasi itu pernah hadir hanya akan menjadi prestasi di mata manusia saja, tidak di mata Allah. Bukankah kita sudah sama-sama tahu, betapa penting yang namanya niat, betapa sangat menentukan yang namanya niat, seperti yang diungkapkan dalam Hadits Arba’in yang pertama, “sesungguhnya segala amal itu tergantung pada niatnya…”. Jika prestise menjadi niat utama kita bergerak, maka akan sangat rugi lah kita, karena ia hanya akan menjadi fatamorgana saja, begitu “wah” di mata manusia tapi nol besar di mata Allah.

Kuingin ingatkan pada pribadi ini dan pada kawan-kawan semua, berhati-hatilah. Luruskan lagi niat di setiap gerak dan ibadah kita, di setiap tegak dan sujud kita. Buang jauh-jauh perasaan mau bergerak karena hanya mengejar sebuah prestise, tapi bergeraklah karena kita sama-sama ingin berprestasi di mata Allah. Semoga setiap helaan nafas kita menjadi bagian prestasi yang akan terukir indah dan akan menjadi penolong kita nanti di hadapan Allah.

Terakhir, sebuah pertanyaan renungan, sudah adakah prestasi yang kita ukir sampai detik ini yang bisa kita banggakan di hadapan Allah kelak??’

Wallahu’alam bisshawab


sumber : www.dakwatuna.com
READMORE - Prestasi dan Prestise

Senin, Januari 24, 2011

Ketika Iblis Bertamu kepada Rasulullah SAW



Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: “Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku.”

Rasulullah bersabda: “Tahukah kalian siapa yang memanggil?”
Kami menjawab: “Allah dan rasulNya yang lebih tahu.”

Beliau melanjutkan, “Itu Iblis, laknat Allah bersamanya.”
Umar bin Khattab berkata: “Izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah”.

Nabi menahannya: “Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan oleh Allah untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik.”

Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi.

Iblis berkata: “Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin…”
Rasulullah SAW lalu menjawab: “Salam hanya milik Allah SWT, sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?”

Iblis menjawab: “Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa.”

“Siapa yang memaksamu?”
Seorang malaikat dari utusan Allah telah mendatangiku dan berkata:
“Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin.”

“Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. Jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.”

Orang Yang Dibenci Iblis
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis: “Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?”
Iblis segera menjawab: “Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci.”

“Siapa selanjutnya?”
“Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT.”

“lalu siapa lagi?”
“Orang Aliim dan wara’ (Loyal)”

“Lalu siapa lagi?”
“Orang yang selalu bersuci.”

“Siapa lagi?”
“Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepda orang lain.”

“Apa tanda kesabarannya?”
“Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang -orang yang sabar.”

” Selanjutnya apa?”
“Orang kaya yang bersyukur.”

“Apa tanda kesyukurannya?”
“Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya.”

“Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?”
“Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam.”

“Umar bin Khattab?”
“Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur.”

“Usman bin Affan?”
“Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya.”

“Ali bin Abi Thalib?”
“Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. tetapi ia tak akan mau melakukan itu.” (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT)

Amalan Yang Dapat Menyakiti Iblis

“Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak shalat?”
“Aku merasa panas dingin dan gemetar.”

“Kenapa?”
“Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat.”

“Jika seorang umatku berpuasa?”
“Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka.”

“Jika ia berhaji?”
“Aku seperti orang gila.”

“Jika ia membaca al-Quran?”
“Aku merasa meleleh laksana timah diatas api.”

“Jika ia bersedekah?”
“Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji.”

“Mengapa bisa begitu?”
“Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. Yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya.”

“Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?”
“Suara kuda perang di jalan Allah.”

“Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?”
“Taubat orang yang bertaubat.”

“Apa yang dapat membakar hatimu?”
“Istighfar di waktu siang dan malam.”

“Apa yang dapat mencoreng wajahmu?”
“Sedekah yang diam – diam.”

“Apa yang dapat menusuk matamu?”
“Shalat fajar.”

“Apa yang dapat memukul kepalamu?”
“Shalat berjamaah.”

“Apa yang paling mengganggumu?”
“Majelis para ulama.”

“Bagaimana cara makanmu?”
“Dengan tangan kiri dan jariku.”

“Dimanakah kau menaungi anak – anakmu di musim panas?”
“Di bawah kuku manusia.”

Manusia Yang Menjadi Teman Iblis
Nabi lalu bertanya : “Siapa temanmu wahai Iblis?”
“Pemakan riba.”

“Siapa sahabatmu?”
“Pezina.”

“Siapa teman tidurmu?”
“Pemabuk.”

“Siapa tamumu?”
“Pencuri.”

“Siapa utusanmu?”
“Tukang sihir.”

“Apa yang membuatmu gembira?”
“Bersumpah dengan cerai.”

“Siapa kekasihmu?”
“Orang yang meninggalkan shalat jumaat”

“Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?”
“Orang yang meninggalkan shalatnya dengan sengaja.”
READMORE - Ketika Iblis Bertamu kepada Rasulullah SAW

Fenomena Gadis Intelek Inggris Berlomba-lomba Masuk Islam

Subhanallah, nampaknya Kejayaan Islam sudah nampak di depan mata. Saat ini begitu banyak kaum intelektual dibukakan pintu Hidayah oleh Allah dan menjadi muslim/muslimah yang taat. Apapun yang diinginkan Allah niscaya terjadi, hanya dengan KUN FAYAKUN tidak ada yang mustahil bagi Allah Azza Wa Jalla.
Berikut ini ane posting fenomena yang luar biasa "semakin banyak kaum intelektual kristen dan yahudi berlomba-lomba menjadi muallaf". (referensi : forum vivanews.com)

READMORE - Fenomena Gadis Intelek Inggris Berlomba-lomba Masuk Islam

Selasa, Januari 18, 2011

Manfaat dan Hakikat Sholat

Saudaraku saya mencoba merangkum buku dari beberapa sumber yang menjelaskan tentang manfaat sholat. SHOLAT Obat Penenang Jiwa, iya sholat adalah Asy Syifaa, Lebih rincinya silahkan saudara-saudari membacanya berikut ini:
READMORE - Manfaat dan Hakikat Sholat

Senin, Januari 17, 2011

Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”

Mengkaji perjalanan hidup Rasulullah SAW adalah bagaikan mengarungi lautan tak bertepi karena sangat luas, kaya dan mencerahkan. Keluasan suri tauladan Muhammad SAW mencakup semua aspek hidup dan kehidupan.

Selama ini faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah SAW adalah ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistic baik dimensi sosial, politik, edukasi, dan legal untuk kemudian memformulasikannya dengan nilai-nilai keteladanan tersebut kedalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Saat ini cara pandang kebanyakan kita terhadap Rasulullah SAW adalah one sided. Artinya hanya menjadikan Muhammad SAW sebagai pemimpin keagamaan saja. Daerah teritorialnya hanya di mesjid, mushalla dan panutan saat kita shalat saja, tetapi bila kita sudah keluar dari masjid, dan masuk ke bank atau lembaga keuangan lainnya, maka suri tauladannya ditinggalkan. Ketika kita melakukan ekspor-impor petuahnya tentang kejujuran diabaikan.

Saat musim maulid (peringatan kelahiran Rasulullah SAW) tiba, banyak di antara kita yang membaca shalawat-shalawat panjang, diba dan barzanzi. Tetapi semua itu sebatas dikumandangkan di masjid, madrasah, dan rumah-rumah saja. Saat kita kembali ke kantor, ternyata kantor kita kosong dari nilai-nilai akhlak dan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan barzanzi. Tidak ada sepotong hadits pun, yang jumlahnya puluhan ribu itu, termuat dalam manual dan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan kita. Demikian juga halnya dengan corporate culture institusi kita nun jauh dari ajaran akhlak mulia yang didakwahnya. Walhasil shalawat terus kita baca, barzanzi selalu kita kumandangkan tetapi perusahaan kita semakin jauh dari teladan Rasulullah SAW. Bahkan tidak jarang semakin hari semakin dekat ke budaya Yahudi dan kapitalistik. Si kuat memakan si lemah. Profit jauh lebih diutamakan dari akhlak dan syariah.

Dengan kepiawan sang penulis Muhammad Syafii Antonio memformulasikan buku ini dalam bentuk tulisan, gambar dan warna yang menarik dan mudah untuk dipahami. Tulisan ini Syafii Antonio ini sangat kaya dengan sumber-sumber tertulis. Ini bisa terlihat dari sumber dan sanad catatan kaki di sepanjang halaman yang menceritakan tentang Rasulullah SAW. Tidak hanya untuk paragraf panjang saja, bahkan walaupun hanya dua alinea penulis menyertakan sumber tertulisnya.

Sistematika buku ini dibagi dalam 4 bagian utama yang terdiri dari 12 bab. Bagian I terdiri dari 2 bab yaitu bab 1 sebagai Mukaddimah dan bab 2 berisi pembacaan terhadap konsep-konsep manajemen dan leadership modern. Bagian II memuat 1 bab yakni bab 3 berupa survey of literature terhadap berbagai tulisan dan kajian klasik tentang Muhammad SAW. Tujuan utama dari bagian II adalah untuk menunjukkan bahwa betapa masih banyaknya suri tauladan Muhammad SAW yang masih harus digali dengan penuh ketekunan dan kesabaran tetapi juga mengasyikkan.

Bagian III berisi 8 bab yang merupakan isi pokok dari buku ini seperti dijelaskan di atas. Bagian IV terdiri dari 12 bab yang merupakan bab penutup berupa epilog. Di bagian akhir buku disertakan juga appendix, index dan daftar pustaka.

Berikut adalah sekelumit deskripsi penulis tentang Muhammad SAW sebagai pemimpin bisnis dan entrepreneurship dalam bab 5 : Salah satu aspek kehidupan Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan beliau di bidang bisnis dan entrepreneurship. Muhammad SAW lebih dikenal sebagai seorang rasul, pemimpin masyarakat atau ‘negara’, dan pemimpin militer. Padahal sebagian besar kehidupannya sebelum menjadi utusan Allah SWT adalah seorang pengusaha. Ia telah memulai merintis karir dagangnya ketika berumur 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan ini terus dilakukan sampai menjelang beliau menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama ± 25 tahun ketika beliau menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama ± 23 tahun.

Aspek bisnis Muhammad SAW ini juga luput dari perhatian kebanyakan orientalis. Mungkin karena dianggap kurang kontroversial dan tidak menarik dalam perdebatan teologis. Sebagian mereka juga sering melancarkan serangan terhadap pribadi Muhammad SAW tetapi jarang sekali yang mengkaji secara mendalam prilaku bisnis beliau. Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses yang panjang dan damai dan dimulai sejak beliau masih kecil. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Collin dan Moores (1964) dan Zalzenik (1976) yang berkesimpulan bahwa “The act of entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood experience”. Pendapat seperti ini diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya.

“Many greatmen started as newspaper boys” kata orang bijak. Untuk menjadi seorang pemimpin atau wirausaha yang tangguh, pengalaman masa kecil itu tidak selamanya positif atau menyenangkan. Sebuah penelitian terhadap beberapa pemimpin yang dilakukan oleh Manfred Kets de Vries (1995) berkesimpulan bahwa kerasnya kehidupan masa kecil menimbulkan dorongan untuk memimpin.

Because of the hardships they have encountered, many of them seem to be one mission: they are going to prove the world wrong: they are going to show everyone that they can amount to something. Many of them, suffering from what could be called the Count of Monte Cristo complex (after Alexander Duma’s novel), go even further, they have a very strong need to get even for the wrongs done to them at earlier periods in their lives. (Joseph dan Jimmie Boyett. 1998. The Guru Guide, the Best Ideas of the Top Management Thinkers. New York : John Wiley & Son. Hal. 49)

Dalam konteks Muhammad SAW, beliau mempunyai pengalaman yang pahit dengan terlahir sebagai anak yatim. Beliau sempat mempunyai pengalaman yang menyenangkan ketika diasuh oleh Halimah, setelah sempat berbahagia hidup bersama ibunya. Muhammad kecil menjadi yatim-piatu ketika berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dan setelah wafat, dilanjutkan oleh pamannya Abu Thalib. Sayangnya, Abu Thalib merupakan salah satu anak Abdul Muthalib yang paling sederhana hidupnya, sehingga tak jarang Muhammad kecil harus membantu ekonomi keluarga sang paman dengan bekerja ‘serabutan’ kepada penduduk Makkah. Pengalaman kecil seperti inilah yang menjadi modal psikologis beliau ketika menjadi seorang wirausaha di kemudian hari.

Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Musa, Daud dan Isa. Menurut catatan sejarah, dimasa kecil Muhammad SAW pernah menggembala ternak penduduk Makkah. Muhammad SAW pernah mengatakan, “semua nabi pernah menggembala ternak”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana dengan Anda ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan dia itu pernah menggembala ternak.” Sahabat kemudian bertanya lagi, “Anda sendiri bagaimana Rasulullah?” beliau menjawab “Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.

Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik. Para penggembala harus mampu mengarahkan ternaknya ke padang gembalaan yang subur dengan rumput menghijau. Di samping itu, mereka juga harus dapat mengendalikan hewan ternaknya agar tidak tersesat. Mereka juga harus melindungi ternaknya dari berbagai gangguan seperti dari hewan pemangsa dan para pencuri. Ini semua merupakan bentuk fungsi kepemimpinan dan manajemen. Mungkin latar belakang seperti ini memang digariskan Allah SWT kepada calon rasul yang akan mengemban risalah kenabian dan memimpin umat.

Perjalanan karir Muhammad SAW di bidang perdagangan dapat dirumuskan sebagaimana berikut : Muhammad SAW telah mengenal perdagangan di usia 12 tahun atau diistilahkan dengan magang (internship). Hal ini terus dilakukan sampai usia 17 tahun ketika beliau telah mulai membuka usaha sendiri. Waktu itu pamannya menganjurkan beliau untuk berdagang agar beban keluarga mereka dapat berkurang. Dengan demikian pada usia ini beliau sudah menjadi seorang business manager. Dalam perkembangan selanjutnya ketika pemilik modal Makkah mempercayakan pengelolaan perdagangan mereka kepada Muhammad SAW, beliau menjadi investment manager.

Ketika beliau menikah dengan Khadijah dan terus mengelola perdagangannya, maka status beliau naik menjadi bussiness owner. Ketika usia beliau menginjak pertengahan 30-an, beliau menjadi seorang investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirikan kondisi masyarakat. Pada saat ini beliau sudah mencapai apa yang diistilahkan Robert Kiyosaki sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu.

Inilah sekelumit kisah Rasulullah yang ada dalam buku setebal 320 halaman. Masih banyak kisah menarik lainnya tentang pribadi beliau yang memang layak ditiru.
READMORE - Muhammad SAW “The Super Leader Super Manager”

Pengemis Buta dan Rasulullah SAW


Dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad SAW, membaca dan menyimak kembali sejarah perjalanan hidup beliau tentu sangat tepat. Salah satunya adalah kisah di bawah ini. Setiap kali Mr.Umembaca kisah ini, air mata haru, takjub, sedih sekaligus bangga serta rasa rindu yang teramat dalam menyesaki dada.
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya”.
muhammad-rasulullah
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abu Bakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?
Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.
Apakah Itu?”, tanya Abubakar RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana”, kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik.
Siapakah kamu?“ Abubakar RA menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)”.
Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, bantah si pengemis buta itu. “Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW”.
Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia….
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.
Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah setidaknya niatan untuk meneladani beliau? Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq. Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita sanggup melakukannya 
sumber : http://mrumedia.wordpress.com

READMORE - Pengemis Buta dan Rasulullah SAW

Surat Cinta BTS Engineer

Hari itu, ketika tubuhku pada level sinyal yang terendah...
Mataku flicker tak percaya...
Benarkah yang tertangkap oleh antena directional-ku??
Dalam sms mu...
Katamu, akulah power supply kehidupanmu...
Katamu, jika kau BTS, maka akulah BSC...
Katamu, jika kau transmitter, akulah receiver...
Sadarkah kau??
Kau berhasil membuatku mengalami drop call dan fault handover
Perintahkan BOI-A mu mendengar seluruh TCH-signaling-ku berkata...
Setiap transmit outputku membutuhkan OMU darimu.
Setiap detail gerakan carrier wave mu merangsang Channal-channal-ku.
Ucapan selamat malammu laksana Integration...
Ucapan "jangan menangis, sayang" mu bagaikan Acceptance bagiku...
Dan ketika kau pergi...terasa bagaikan BTS Fall Back untukku..."
Apa yang terjadi padaku??
Cinta kau bilang??
Tak pernah kudengar Tinder mengucapkannya...
Di jurnal mana aku bisa memperoleh Global system for Mobile
dengan Dual Impact tentang nya??
Investigate aku...
Plug-in aku dengan signal TRX "aku milikmu"...
Dan kita akan mengaktivasi seluruh sistem telecommunication kita bersama-sama...
Sampai Rectifire breakdown memisahkan kita...:love:



Sebarkan ke teman-teman anda sebagai tanda anda menyayangi mereka!! Khususnya ke orang-orang yang paling anda sayangi.......!!!


Sumber : Milist Stelk Makassar
READMORE - Surat Cinta BTS Engineer

Kamis, Januari 13, 2011

Bagaimana Menjadi Muslim Yang Beruntung

Yesterday is history, tomorrow is mystery, but today is a gift. That’s why it is called the present.

Itu adalah ucapan Guru Oogway kepada Po yang akhirnya menjadi pendekar Naga dalam film Kungfu Panda.

Setiap orang telah menjalani hari kemarin, akan menghadapi hari esok, dan sedang menghadapi hari ini. Tulisan ini ingin mengulas bagaimana penyikapan terhadap situasi tersebut.

Masa Lalu Telah Menjadi Sejarah

Apa yang telah lalu tidak dapat kita ubah. Apa yang kita lakukan, baik dan buruk, semuanya sudah terjadi. Semuanya telah tercatat menjadi sejarah hidup kita. Ada orang yang terus menerus menyesali masa lalunya sehingga dia tidak dapat menjalani hari ini dengan baik. Dia merasa orang yang telah berbuat kesalahan dan terus menerus dihantui oleh kesalahan itu.

Menyesali kesalahan adalah hal penting. Tapi jika apa yang telah terjadi terus menerus menjadi penghalang untuk berbuat sesuatu hari ini, maka dia menjadi masalah. Apa yang telah terjadi adalah pelajaran untuk diambil hikmahnya. Baik dan buruk yang telah kita lakukan harus menjadi pelajaran dalam menata diri kita hari ini dan hari ke depannya.

Sejarah masa lalu diri kita juga di luar kemampuan kita untuk mengubahnya. Kita tidak pernah tahu lahir dari ayah dan ibu yang mana. Kita juga tidak bisa memilih tempat kelahiran kita sendiri. Semuanya bagian dari sejarah diri kita yang telah ditetapkan untuk ditafakuri. Kita juga tidak pernah tau apakah orangtua kita miskin atau kaya, pintar atau bodoh, terhormat atau orang biasa.

Menyesali keadaan diri adalah perbuatan yang bodoh. Apa yang telah kita dapatkan di masa lalu merupakan bagian dari anugrah Allah yang harus disyukuri. Bukan untuk disesali.


Masa Depan Belum Terjadi
Sebagian orang merasa sangat takut dengan masa depan. Dia takut apakah besok masih bisa makan atau tidak. Dia juga khawatir apakah nanti bisa mendapatkan apa yang dia harapkan. Apakah anak-anaknya kelak dapat belajar di sekolah yang bagus, mendapat pendidikan yang layak, dan bekerja dengan penghasilan yang baik.

Karena kekhawatiran itu, segala sesuatu dipersiapkan sampai berlebihan. Padahal hari esok belum terjadi. Dan kita pun tidak tau akan terjadi seperti apa. Manusia hanya bisa berikhtiar dan berencana. Allah Maha Kuasa adalah Maha Pengatur Hamba-Hamba-Nya. Tugas kita adalah berusaha dan berikhtiar agar dekat dengan kehendak-Nya. Ketika itu dilakukan, maka kehendak Allah akan bekerja pada diri kita.
READMORE - Bagaimana Menjadi Muslim Yang Beruntung

Menyikapi Kegagalan

Satu hal yang paling membedakan antara orang sukses dengan tidak adalah bagaimana cara mereka menyikapi kegagalan. Seorang yang berjiwa besar akan menganggap kegagalan sebagai bumbu kehidupan dan proses menuju keberhasilan. Sementara seorang pecundang menganggap kegagalan sebagai momok yang menakutkan sehingga mereka putus asa dan menyerah.

Coba tanyakan kepada orang yang sukses apakah mereka pernah mengalami kegagalan? Jawabannya pasti pernah. Tahukah berapa banyak kegagalan yang pernah mereka alami? Jawabannya mungkin bisa beragam, tapi tak jarang kita akan mendengar bahwa mereka telah gagal puluhan bahkan ratusan kali sebelum akhirnya berhasil. Perbedaannya adalah mereka bangkit kembali dan berjalan lagi sampai akhirnya bertemu dengan keberhasilan. Dan seandainya keberhasilan itu pun tak kunjung datang, bukankah kegagalan itu sendiri sebuah proses pembelajaran yang mencerahkan?


Suatu hari Thomas Alfa Edison ditanya oleh asistennya ketika melakukan percobaan untuk membuat lampu pijar, “Anda telah melakukan percobaan ribuan kali untuk menemukan bahan filamen yang tepat. Apakah Anda tidak lelah? Bukankah kita telah melakukan ini ribuan kali dan tidak pernah berhasil?

Edison menjawab, “Dalam setiap percobaan, saya selalu belajar untuk menemukan bahan yang paling tepat untuk lampu pijar. Apa yang kamu anggap kegagalan buat saya adalah keberhasilan yang tertunda. Saya yakin dalam waktu dekat saya akan menemukannya.”

Edison benar dan dia menjadi penemu lampu pijar yang kita nikmati sampai sekarang. Dia mengajarkan kegigihan dan semangat pantang menyerah dalam menjalankan tugasnya. Sepanjang hidupnya, Edison telah menghasilkan ribuan paten atas penemuan-penemuannya.

Jangan pernah menyerah atas kegagalan. Itu adalah sebuah proses keberhasilan yang tertunda. Bangkitlah kembali dan jadilah orang yang berjiwa besar yang tidak peduli berapa kali mereka akan terjatuh, dia akan berdiri dan berjalan lagi.
READMORE - Menyikapi Kegagalan

Sponsorship

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template