Mengkaji perjalanan hidup Rasulullah SAW adalah bagaikan mengarungi lautan tak bertepi karena sangat luas, kaya dan mencerahkan. Keluasan suri tauladan Muhammad SAW mencakup semua aspek hidup dan kehidupan.
Selama ini faktor lain yang mereduksi nilai keteladanan leadership dan manajemen Rasulullah SAW adalah ketidakmampuan melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistic baik dimensi sosial, politik, edukasi, dan legal untuk kemudian memformulasikannya dengan nilai-nilai keteladanan tersebut kedalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.
Saat ini cara pandang kebanyakan kita terhadap Rasulullah SAW adalah one sided. Artinya hanya menjadikan Muhammad SAW sebagai pemimpin keagamaan saja. Daerah teritorialnya hanya di mesjid, mushalla dan panutan saat kita shalat saja, tetapi bila kita sudah keluar dari masjid, dan masuk ke bank atau lembaga keuangan lainnya, maka suri tauladannya ditinggalkan. Ketika kita melakukan ekspor-impor petuahnya tentang kejujuran diabaikan.
Saat musim maulid (peringatan kelahiran Rasulullah SAW) tiba, banyak di antara kita yang membaca shalawat-shalawat panjang, diba dan barzanzi. Tetapi semua itu sebatas dikumandangkan di masjid, madrasah, dan rumah-rumah saja. Saat kita kembali ke kantor, ternyata kantor kita kosong dari nilai-nilai akhlak dan keluhuran budi pekerti seperti yang diajarkan barzanzi. Tidak ada sepotong hadits pun, yang jumlahnya puluhan ribu itu, termuat dalam manual dan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan kita. Demikian juga halnya dengan corporate culture institusi kita nun jauh dari ajaran akhlak mulia yang didakwahnya. Walhasil shalawat terus kita baca, barzanzi selalu kita kumandangkan tetapi perusahaan kita semakin jauh dari teladan Rasulullah SAW. Bahkan tidak jarang semakin hari semakin dekat ke budaya Yahudi dan kapitalistik. Si kuat memakan si lemah. Profit jauh lebih diutamakan dari akhlak dan syariah.
Dengan kepiawan sang penulis Muhammad Syafii Antonio memformulasikan buku ini dalam bentuk tulisan, gambar dan warna yang menarik dan mudah untuk dipahami. Tulisan ini Syafii Antonio ini sangat kaya dengan sumber-sumber tertulis. Ini bisa terlihat dari sumber dan sanad catatan kaki di sepanjang halaman yang menceritakan tentang Rasulullah SAW. Tidak hanya untuk paragraf panjang saja, bahkan walaupun hanya dua alinea penulis menyertakan sumber tertulisnya.
Sistematika buku ini dibagi dalam 4 bagian utama yang terdiri dari 12 bab. Bagian I terdiri dari 2 bab yaitu bab 1 sebagai Mukaddimah dan bab 2 berisi pembacaan terhadap konsep-konsep manajemen dan leadership modern. Bagian II memuat 1 bab yakni bab 3 berupa survey of literature terhadap berbagai tulisan dan kajian klasik tentang Muhammad SAW. Tujuan utama dari bagian II adalah untuk menunjukkan bahwa betapa masih banyaknya suri tauladan Muhammad SAW yang masih harus digali dengan penuh ketekunan dan kesabaran tetapi juga mengasyikkan.
Bagian III berisi 8 bab yang merupakan isi pokok dari buku ini seperti dijelaskan di atas. Bagian IV terdiri dari 12 bab yang merupakan bab penutup berupa epilog. Di bagian akhir buku disertakan juga appendix, index dan daftar pustaka.
Berikut adalah sekelumit deskripsi penulis tentang Muhammad SAW sebagai pemimpin bisnis dan entrepreneurship dalam bab 5 : Salah satu aspek kehidupan Muhammad SAW yang kurang mendapat perhatian serius adalah kepemimpinan beliau di bidang bisnis dan entrepreneurship. Muhammad SAW lebih dikenal sebagai seorang rasul, pemimpin masyarakat atau ‘negara’, dan pemimpin militer. Padahal sebagian besar kehidupannya sebelum menjadi utusan Allah SWT adalah seorang pengusaha. Ia telah memulai merintis karir dagangnya ketika berumur 12 tahun dan memulai usahanya sendiri ketika berumur 17 tahun. Pekerjaan ini terus dilakukan sampai menjelang beliau menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama ± 25 tahun ketika beliau menerima wahyu. Angka ini sedikit lebih lama dari masa kerasulan beliau yang berlangsung selama ± 23 tahun.
Aspek bisnis Muhammad SAW ini juga luput dari perhatian kebanyakan orientalis. Mungkin karena dianggap kurang kontroversial dan tidak menarik dalam perdebatan teologis. Sebagian mereka juga sering melancarkan serangan terhadap pribadi Muhammad SAW tetapi jarang sekali yang mengkaji secara mendalam prilaku bisnis beliau. Kewirausahaan (entrepreneurship) tidak terjadi begitu saja tetapi hasil dari suatu proses yang panjang dan damai dan dimulai sejak beliau masih kecil. Hal ini sesuai dengan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Collin dan Moores (1964) dan Zalzenik (1976) yang berkesimpulan bahwa “The act of entrepreneurship is an act patterned after modes of coping with early childhood experience”. Pendapat seperti ini diamini oleh kebanyakan guru leadership yang sepakat bahwa apa yang terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan kita akan membuat perbedaan yang berarti dalam periode kehidupan berikutnya.
“Many greatmen started as newspaper boys” kata orang bijak. Untuk menjadi seorang pemimpin atau wirausaha yang tangguh, pengalaman masa kecil itu tidak selamanya positif atau menyenangkan. Sebuah penelitian terhadap beberapa pemimpin yang dilakukan oleh Manfred Kets de Vries (1995) berkesimpulan bahwa kerasnya kehidupan masa kecil menimbulkan dorongan untuk memimpin.
Because of the hardships they have encountered, many of them seem to be one mission: they are going to prove the world wrong: they are going to show everyone that they can amount to something. Many of them, suffering from what could be called the Count of Monte Cristo complex (after Alexander Duma’s novel), go even further, they have a very strong need to get even for the wrongs done to them at earlier periods in their lives. (Joseph dan Jimmie Boyett. 1998. The Guru Guide, the Best Ideas of the Top Management Thinkers. New York : John Wiley & Son. Hal. 49)
Dalam konteks Muhammad SAW, beliau mempunyai pengalaman yang pahit dengan terlahir sebagai anak yatim. Beliau sempat mempunyai pengalaman yang menyenangkan ketika diasuh oleh Halimah, setelah sempat berbahagia hidup bersama ibunya. Muhammad kecil menjadi yatim-piatu ketika berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, dan setelah wafat, dilanjutkan oleh pamannya Abu Thalib. Sayangnya, Abu Thalib merupakan salah satu anak Abdul Muthalib yang paling sederhana hidupnya, sehingga tak jarang Muhammad kecil harus membantu ekonomi keluarga sang paman dengan bekerja ‘serabutan’ kepada penduduk Makkah. Pengalaman kecil seperti inilah yang menjadi modal psikologis beliau ketika menjadi seorang wirausaha di kemudian hari.
Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang umum dilakukan oleh para nabi dan rasul, seperti Musa, Daud dan Isa. Menurut catatan sejarah, dimasa kecil Muhammad SAW pernah menggembala ternak penduduk Makkah. Muhammad SAW pernah mengatakan, “semua nabi pernah menggembala ternak”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana dengan Anda ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Allah tidak mengutus seorang nabi melainkan dia itu pernah menggembala ternak.” Sahabat kemudian bertanya lagi, “Anda sendiri bagaimana Rasulullah?” beliau menjawab “Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Makkah dengan upah beberapa qirath.
Pekerjaan menggembala ternak merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian leadership dan manajemen yang baik. Para penggembala harus mampu mengarahkan ternaknya ke padang gembalaan yang subur dengan rumput menghijau. Di samping itu, mereka juga harus dapat mengendalikan hewan ternaknya agar tidak tersesat. Mereka juga harus melindungi ternaknya dari berbagai gangguan seperti dari hewan pemangsa dan para pencuri. Ini semua merupakan bentuk fungsi kepemimpinan dan manajemen. Mungkin latar belakang seperti ini memang digariskan Allah SWT kepada calon rasul yang akan mengemban risalah kenabian dan memimpin umat.
Perjalanan karir Muhammad SAW di bidang perdagangan dapat dirumuskan sebagaimana berikut : Muhammad SAW telah mengenal perdagangan di usia 12 tahun atau diistilahkan dengan magang (internship). Hal ini terus dilakukan sampai usia 17 tahun ketika beliau telah mulai membuka usaha sendiri. Waktu itu pamannya menganjurkan beliau untuk berdagang agar beban keluarga mereka dapat berkurang. Dengan demikian pada usia ini beliau sudah menjadi seorang business manager. Dalam perkembangan selanjutnya ketika pemilik modal Makkah mempercayakan pengelolaan perdagangan mereka kepada Muhammad SAW, beliau menjadi investment manager.
Ketika beliau menikah dengan Khadijah dan terus mengelola perdagangannya, maka status beliau naik menjadi bussiness owner. Ketika usia beliau menginjak pertengahan 30-an, beliau menjadi seorang investor dan mulai memiliki banyak waktu untuk memikirikan kondisi masyarakat. Pada saat ini beliau sudah mencapai apa yang diistilahkan Robert Kiyosaki sebagai kebebasan uang (financial freedom) dan waktu.
Inilah sekelumit kisah Rasulullah yang ada dalam buku setebal 320 halaman. Masih banyak kisah menarik lainnya tentang pribadi beliau yang memang layak digugu dan ditiru.
Dari beberapa sumber.
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Kesan Yang Membangun disini Kawan
Semoga Silaturrahim selalu terjaga selamanya,amin